F8 ZONA FLORA FAUNA

Satu jam yang lalu saya berhasil mengeposkan salah satu karya lansekap saya untuk diikutkan dalam pameran karya bersama antara Young Viennese Architects and Landscape Architect, IAI Yogyakarta, dan Yogyakarta Architect Forum yang akan diselenggarakan pada tangal 17-30 januari 2018 mendatang. Kenapa diawali dengan kata “berhasil” ? karena seperti biasa, setiap hari itu rasanya kok penuh drama yah ? hihi, termasuk urusan pos tidak pos karya ini.

Jadi ceritanya bagini, saya baru dapat informasi untuk memasukkan karya di H-4 sebelum batas akhir pemasukan karya. Awalnya sih, “oh.. masih ada empat hari, aman”. Ternyata oh ternyata tanpa disadari batas akhir itu sudah di hari ini! Empat hari terakhir saya fokus menyelesaikan gambar deadline dua pekerjaan interior yang berlokasi di jalan Metro Tanjung Bunga dan Jl. ratulangi, Makassar.

Sesuai jadwal di to-do-list hari ini, ada dua jadwal meeting pada pagi dan siang, lalu mengajar sampai sore dikampus. Setelah magrib, barulah saya sempat untuk membuka lampiran pemasukan karya. Beberapa lampirannya menggunakan software “coreldraw”. OK! ini cobaan kecil, soalnya saya nggak sanggup beli aplikasi coreldraw di Mac OS yang biasa saya gunakan, hahaa. Lalu coba buka aplikasinya di laptop lama, dan alhamdulillah masih bisa terbuka namun beberapa tombol keyboard tidak lagi berfungsi. Untungnya setelah drama dua jam, akhirnya ada teman yang baik hati bersedia meminjamkan laptopnya ke saya.

Balik lagi ke karya yang saya poskan via email, setelah sebelumnya masih ada drama karena laptop teman saya itu, ternyata wifinya gak bisa (terbayang dong ya paniknya transfer file dari laptop a- ke laptop b – ke laptop c diwaktu yang kurang dari 5 menit batas akhir pemasukan karya). Karya yang dinikmati ratusan ribu orang saat International Eight Festival and Forum di sepanjang Pantai Losari, Zona Flora dan Fauna, september silam.

TLRT0225
Zona Flora dan Fauna

Pada zona Flora dan fauna ini terdapat dua konsep untuk masing-masing zona.  Konsep untuk zona fauna dibagi menjadi empat area dari kata MA-KA-SA-RA dengan ejaan huruf lontara khas  suku Bugis Makassar. Dimana Ma adalah zona mamalia, KA adalah zona ikan dan sejenisnya, SA adalah zona unggas dan RA adalah zona reptilia. Pada zona ini terdapat 20 komunitas pecinta hewan yang terlibat.

Sedangkan konsep untuk zona flora adalah taman berbentuk angka delapan dengan memadukan delapan unsur. Setiap unsur memiliki makna dan tujuan masing-masing. Diantaranya adalah bonsai. Bonsai dipilih tidak hanya karena ia melambangkan kesabaran karena butuh waktu yang panjang untuk merawat tanaman kerdil ini. Namun juga agar bonsai dapat dinikmati semua golongan karena kebanyakan tanaman bonsai hanya dinikmati oleh golongan atas. Salah satu bonsai yang di ada pada area ini senilai 500 juta rupiah.

Unsur yang kedua adalah batu suiseki. Batu suiseki ini terbentuk secara alami oleh alam dan tidak dipahat atau dibentuk oleh manusia. Batu suiseki yang terdapat dalam area ini adalah batu berukuran kurang lebih 40 x 40 cm dengan berbentuk wajah Gadjah Mada.

Unsur yang ketiga adalah terrarium. Seperti kita ketahui , terrarium adalah media atau wadah transparan yang berisi tanaman untuk tujuan dekorasi sehingga dapat menjadi salah satu inspirasi pengunjung untuk menata sudut ruangnya dengan membuat terrarium.

Yang keempat adalah buah pinus. Buah pinus ini didatangkan dari kabupaten yang letaknya tidak jauh dari Kota Makassar yaitu Malino. Kebanyakan buah pinus di Malino, hanya terbuang dan mengering begitu saja dan menjadi sampah karena tidak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar. Buah pinus ini dijadikan sebagai elemen penutup tanah sehingga estetika alamiah sangat terasa pada groundcover. Selain itu ada bunga crysant sebgai unsur kelima yang kami terapkan pada konsep. Bunga crysant dipilih karena mempunyai ragam warna yang cantik dan fresh sehingga sangat cocok diterapkan pada taman.

numpang eksis di zona flora
Numpang eksis di zona Flora & Fauna

Selanjutnya terdapat tanaman hydroponik yang dimaksudkan untuk edukasi kepada masyarakat agar dapat mandiri secara pangan, minimal untuk konsumsi harian sayurannya. Dengan memanfaatkan lahan terbatas instalasi hidroponik yang didesain dapat menjadi inspirasi bagi mereka.

Dan elemen ketujuh adalah batu koral sebagai penutup tanah yang dimaksudkan untuk menegaskan jalur sirkulasi bagi para pengunjung agar tidak menginjak tanaman. Dan yang  terakhir adalah tanaman perdu untuk menciptakan suatu degradasi pandangan yang menarik.

Processed with MOLDIV
Karya dimasukkan untuk JV-YoA 2018

Nah kurang lebih seperti itu yang saya ceritakan pada postingan karya tersebut. Semoga pamerannya lancar dan F8 tahun ini  bisa terselenggara kembali yaa. Sampai ketemu dipostingan berikutnya 🙂

Tinggalkan komentar